Perahu Sandeq
foto : https://makassar.tribunnews.com/2019/08/09/dua-sandeq-gagal-finish-di-lintasan-segitiga-majene |
Perahu sandeq adalah salah satu jenis perahu bercadik ganda Mandar. Bentuknya ramping memanjang, mirip dengan perahu pakur tapi berbeda posisi baratang dan ukuran tinggi tiang layar. Tiang layar sandeq terbuat dari bambu, sedang pakur dari kayu. Perahu sandeq digunakan sebagai alat transportasi laut (mengangkut manusia dan barang) di pesisir pantai daerah Mandar dan antar pulau. Juga digunakan para nelayan/pelaut mandar menangkap ikan tuna, ikan terbang dan sebagainya. Dengan hembusan angin yang baik kecepatannya 15-20 knot atau sekitar 30-40 km/jam.
Peristilahan sandeq tidak didasarkan pada warna dan jumlah bagian-bagian sandeq , misalnya batarang, tetapi “segala sesuatunya dibuat runcing supaya perahu cepat”. Istilah sandeq sendiri muncul ketika layar “segiempat” (tanjaq) pada perahu pakur diganti dengan layar “segitiga” (yang tentunya terlihat runcing); ketika bagian bawah haluan dibuat lebih “tajam”.
Tercatat dalam sejarah perahu sandeq telah terbukti sanggup
berlayar hingga ke Singapura, Malaysia, Jepang, Australia, Amerika, dan
Madagaskar. Sandeq juga sanggup bertahan menghadapi angin dan gelombang saat
mengejar kawanan ikan tuna yang sedang berimigrasi. Oleh karenanya, perahu yang
dibuat harus bisa melaju cepat. Perahu ini juga digunakan para nelayan untuk
memasang perangkap (rumpon) pada musim ikan terbang bertelur (motangnga).
Photo : AldoMamoe/AldoBurns |
Bahan utama untuk membuat perahu sandeq adalah pohon
kanduruang mamea yang telah cukup tua, sehingga selain kuat juga mempunyai
diameter yang cukup lebar. Dalam pembuatan perahu sandeq, penentuan waktu untuk
memulai pembuatan perahu (penyediaan bahan) sangat vital. Artinya, untuk
memulai pembuatan perahu ini harus dipilih waktu baik dan menghindari waktu
buruk. Untuk menentukan waktu baik, biasanya dilakukan dengan menggunakan
rumus-rumus kuno (potika). Waktu yang dianggap baik untuk memotong pohon adalah
pada bulan purnama, atau hari ke-15 menurut kalender Hijriah. Adapun waktu
untuk melakukan pemotongan kayu adalah ketika matahari menanjak naik (pagi
hari), dan ketika angin sedang berhembus. Dua tanda alam itu dijadikan sebagai
“ussul”, sebuah pengharapan agar perahu yang dibuat “rezeki naik, lajunya
kencang” (Muhammad Ridwan Alimuddin, 2007).
Bagi masyarakat suku Mandar, dahulunya perahu sandeq
dimanfaatkan untuk mencari ikan di laut lepas di kala laut begitu tenang dan
ikan mudah didapat. Tetapi, ketika kondisi sebaliknya, para nelayan Mandar
lebih banyak memarkir kapal mereka di bibir pantai. Untuk mengisi waktu,
terkadang mereka menggelar lomba adu cepat perahu sandeq. Biasanya lomba yang
diadakan hanya terbatas melatih kemampuan dalam melakukan manuver dengan cara
memutari araea yang telah ditetapkan, yaitu tiga titik lingkaran yang tidak
jauh dari bibir pantai. Pelestarian budaya lomba sandeq profesional dirancang
pada tahun 1995. Sandeq race merupakan usaha untuk melestarikan dan meneruskan
budaya bahari Mandar yang terancam punah. Lomba sandeq masih bisa disaksikan
hingga saat ini dalam sandeq race, dengan mengambil rute Mamuju di Sulawesi
Barat ke Makassar di Sulawesi Selatan dengan jarak tempuh 300 mil laut.
Perahu sandeq yang sarat akan makna pesan simbolik sulit
dipahami oleh masyarakat diluar suku Mandar. Makna tersebut tertuang dalam
simbol-simbol yang terdapat dalam prosesi ritual, sebagai salah satu sistem
makna yang kompleks, untuk mengatur tingkah laku dan kebudayaan bagi masyarakat
suku Mandar.
Sumber : Skripsi : “ Kearifan Lokal makna simbolik perahu
sandeq pada Tradisi Masyarakat Mandar (Tinjauan Semantik)” Oleh Muhammad Ashwan
M
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/4431-Full_Text.pdf
Post a Comment for "Perahu Sandeq"
Terima Kasih telah meluangkan waktunya di blog ini